NOW you can learn to be entrepreneur!
CURY si Hiu Kolam jadi Hiu LAUTAN
Kisah Inspirasi ENTREPRENEURSHIP
|
Antonius Tanan
Bacaan untuk Usia 10 sd 100 tahun
BACAAN UNTUK USIA 10 S/D 100 TAHUN
-------------------------------------------------------------
Bab 6
Hiu Mentor Tertangkap
Di atas samudra raya, sebuah kapal trawler yang khusus untuk menangkap ikan dengan perlengkapan super canggih diam tidak bergerak di atas laut. Kapal ini tengah mengintai keberadaan ikan-ikan di lautan luas dengan alat pendektesi khusus melalui peralatan komputer. Dari layar komputer sang ahli teknologi informatika ini memantau keberadaan ikan-ikan, terutama ikan ikan hiu di seluruh lautan lepas yang mereka jelajahi.
“Lihat, itu ada segerombolan ikan hiu tengah menuju kemari!” seru si ahli komputer itu gembira. Ikan-ikan hiu itu rombongan Hiu Mentor yang tengah mengamati kapal. Mereka tidak tahu kalau keberadaan mereka sudah diketahui.
Para penangkap ikan profesional yang ada di atas kapal segera berlari ke arah komputer, mereka mengamati posisi Hiu Mentor dan rekan-rekannya. Segera setelah itu, mereka mempersiapkan peralatan canggih untuk menangkap para hiu itu.
“Cepat-cepat, jangan sampai mereka pergi. Siapkan kapal selam, bom dan perlengkapan lainnya. Mereka kita buat mabuk dulu, baru kita jarring. Kalian siapkan boat untuk menarik para hiu itu!” perintah nakhoda kapal dengan penuh semangat.
Kesibukkan tampak di anjungan kapal. Para penyelam professional mulai bersiap-siap, mereka masuk ke kapal selam yang ada di perut kapal, kemudian, kapal selam meluncur kea rah Hiu Mentor dan rekan-rekannya.
Bahaya akan datang! Hiu Mentor dan anak buahnya tengah menyusun strategi untuk eksodus ke tempat yang jauh dari kapal. Mereka tak mengira keberadaan mereka sudah diketahui para manusia yang ada di kapal. Kapal selam yang dinamakan Halimun, menjelajahi lautan dengan kecepatan yang sulit ditangdingi oleh ikan di lautan manapun. Beberapa ratus meter dari ikan-ikan hiu, kapal menyemprotkan sinar ungu yang mampu membuat para hiu mabuk lalu pingsan.
Penciuman Cury dan beberapa hiu lainnya yang tajam, mengendus ada bau-bauan yang aneh di sekitar mereka. Otak Cury yang cerdas segera mengetahui kalau itu jebakan. Sebelum dirinya lemas tak berdaya, ia segera berseru, “Lari!”
Para Hiu dengan cepat melesat kembali ke lautan luas. Mereka tidak sadar, kalau Hiu Mentor yang masih mengintai di atas samudra tertinggal. Tatkala bau-bauan yang menyengat itu tercium olehnya, kepalanya langsung pusing. Mata Hiu Mentor berkunang-kunang, beberapa saat kemudian ia tidak ingat-ingat apa-apa lagi, yang ia tahu, dirinya telah berada di sebuah ruangan gelap dengan air separuh dari tubuhnya. Hiu Mentor megap-megap, ia tak bisa bernafas.
Cury dan para hiu yang selamat menyadari kalau Hiu Mentor tertinggal. Hiu kolam dan hiu lautan sangat sedih. Cury lebih-lebih lagi. Ia merasa bagai kehilangan guru yang sangat dikasihinya.
“Aku harus menyelamatkan Hiu Mentor!” ujarnya tiba-tiba.
“Apa? Kamu gila, dia sudah tertangkap, mungkin saat ini dia sudah berada di tempat penjagalan untuk dipotong-potong!” ujar seekor hiu lautan yang sejak lama berniat menggantikan posisi Hiu Mentor.
“Aku tidak perduli. Matipun aku rela demi untuk menyelamatkannya. Kamu tahu, nilai persahabatan tidak dinilai dari saat-saat kita memerlukan dia saja, tapi saat dia dalam bahaya kita pun harus bisa menolongnya!” kata Cury.
“Pergilah, Nak, pergilah menyelamatkan Hiu Mentor, saat ini dia pasti dalam keadaan menderita…” ujar ayah dan ibu Cury. “Kami berdoa untuk keselamatanmu dan Hiu Mentor”
Maka sebelum pergi, Cury menyusun siasat agar bisa masuk tanpa terdeteksi peralatan komputer canggih yang ada di kapal. Ia sengaja pergi di malam buta, saat para awak kapal sedang tidur. Dengan mengendap-endap, ia berenang ke dasar samudera, menuju bawah kapal dan mencari tempat di mana Hiu Mentor dikurung. Cury yakin Hiu Mentor belum dibunuh, ia masih hidup. Penciumandan instingnya yang tajam, meyakinkan dirinya kalau gurunya itu belum dipotong-potong menjadi ikan kalengan.
Penciuman Cury yang tajam ternyata benar, di dasar kapal, melalui kaca tahan benturan, ia melihat Hiu Mentor tengah berusaha mencari celah untuk keluar dari dalam kapal. Semua pintu tertutup rapat, ada satu pintu besar yang tengah diincarnya untuk dibuka. Cury segera mengetuk-ngetuk kaca dengan moncongnya. Mata Hiu Mentor yang jeli segera melihat kehadiran Cury. Rasa gembira dan semangat hidupnya kembali muncul. Dengan ungkapan mata, bahasa isyarat yang disampaikan Cury dapat ditangkap Hiu Mentor. Melalui bahasa isyarat mereka merencanakan jalan keluar apa yang harus mereka lakukan. Di sinilah pikiran dan kreativitas Cury dipertaruhkan. Cury mengitari dasar kapal, penciumannya ia meneliti celah-celah mana yang bisa dibuka dengan taring-taringnya. Ketika dia berada di ujung dasar kapal, ia melihat rantai panjang yang menjulur hingga menyentuh dasar lautan. Cury mengamati rantai itu, kemudian, aha! Rantai ini sampai ke pintu tempat Hiu Mentor di perangkap. Cury menggigit ujung rantai yang berhubungan dengan pintu bawah kapal sekuat tenaga, ia membengkokkan rantai itu seperti yang pernah diajarkan Hiu Mentor. Dalam sekejap rantai putus dan jatuh berserakan ke dasar lautan. Kini tinggal ratai induk yang tergantung di gembok kunci pintu di dasar kapal. Gembok yang amat besar itu, terkunci rapat, ditengah-tengahnya tergantung rantai induk yang ujung-ujungnya berhasil digigit Cury. Kini tugas hiu perkasa ini adalah menggigit gembok itu agar terlepas, ia harus bergerak cepat, sebentar lagi fajar nmenyingsing, para awak kapal akan bangun, mereka pasti akan turun ke bawah dan melihat Hiu Mentor. Tambahan lagi, keadaan gurunya sudah mulai mengkhawatirkan, ia terlihat lemas karena air di dalam kapal tempat dia dikurung sangat tidak nyaman karena jarang diganti . Cury menggigit gembok itu dengan taringnya. Ketika ia tengah berjuang menyelamatkan sang Mentor, suara halus menegurnya. Cury terkejut, hampir saja ia menyerang mahluk yang menegurnya itu.
“Hei…sabar sobat, aku akan membantumu. Percuma kau mengejariku mengigit pintu jeruji besi saat kita berada di kolam dulu. Ayo, satu…dua…tiga…gigit!” Cute muncul tiba-tiba, ia membantu Cury tanpa disuruh.
Begitulah, perjuangan dua hiu dalam menyelamatkan Hiu Mentor, patut diacungkan jempol. Sebelum fajar menyingsing, pintu tempat guru mereka ditahan terbuka. Keduanya mendorong Hiu Mentor keluar, kemudian mereka membawa hiu yang sudah kewalahan itu berenang ke lautan luas. Ketika pagi menyingsing, seluruh isi kapal gempar. Kapal bocor, sebagian air laut masuk ke dalam dan hampir menenggelamkan kapal itu. Para Tekinisi kapal sibuk memperbaiki kebocoran, mereka lupa pada tugas semula untuk mencari dan menangkapi ikan-ikan hiu. Keesokkan harinya, kapal itu sudah tidak terlihat lagi di atas samudra, rupanya, akibat kebocoran kapal, mereka merugi, hampir semua ikan yang ditaruh dekat tempat Hiu Mentor ditahan, lenyap tak berbekas.
“Horee…kita tidak jadi pindah!” seru seekor anak hiu kolam gembira.
“Ya, meski demikian, kita harus tetap waspada. Suatu saat, kapal penanmgkap ikan itu akan kembali lagi mencari kita.” Ujar Hiu Mentor.
| | |
“Mulai saat ini, kita harus terus berusaha, terus berinovasi, terus berkreasi dan pantang menyerah agar kita tidak tertangkap oleh manuisa!” ujar seekor hiu kolam tua dengan penuh semangat.
Hiu-hiu yang lainnya mengebas-ngebaskan ekor mereka tanda setuju. Mereka menari berkeliling sambil meliuk-liukkan tubuh. Lima puluh ekor ikan cakalang yang lumayan besar berhasil mereka tangkap, hari itu mereka akan berpesta pora memakan ikan cakalang segar yang gurih dan manis rasanya. Pesta ini sekaligus memperingati keberhasilan Cury dan Cute dalam menyelamatkan Hiu Mentor dari sergapan manusia.
****
Kenangan Masa lalu
Di tepian pantai tempat dulu hiu-hiu kolam tinggal, keadaan sepi. Ombak tsunami yang ganas telah meluluhlantakan apa yang ada. Dermaga sudah tidak terlihat, nyiurnya pohon kelapa tak lagi tampak. Tempat rekreasi, lapangan golf, resort, serta perkantoran yang dulu selalu terlihat sibuk dan ramai, tidak tampak lagi. Semua rata, semuanya mirip areal pemakaman yang sepi.
Pak Harno untuk sementara menutup tempat rekreasi di Pulau Dua Ribu itu. Tsunami yang dahsyat telah menghancurkan semua yang dibangunnya. Ia rugi besar, namun, pengusaha yang tidak pantang menyerah ini tidak pernah putus asa, ia berencana akan membangun kembali pulau ini bahkan lebih hebat dari sebelumnya. Sebelum keadaan yang porak poranda ini dibangun, menyuruh menyuruh para pegawainya untuk menanam pohon-pohon yang bisa menahan gelombang pasang akibat tsunami.
Cury, Cute, Jackal, Hiu Mentor, hiu-hiu kolam, dan hiu lautan menyembul dari dalam lautan. Mereka berenang mendekati dermaga.
“Sepertinya di sinilah dulu kita pernah tinggal,” ujar Cute.
“Sepertinya begitu. Semua sudah hancur lebur. Kita mengambil hikmah dari semua kejadian ini. Jika tidak ada tsunami, mungkin kita akan tetap menjadi hiu yang manja, yang tidak mau berusaha dan tidak kreatif.” Tukas seekor hiu tua sambil menatap ke arah tempat tinggal mereka.
“Kita harus berterimakasih pada Hiu Mentor, berkat dialah kita bisa mandiri.” Tambah ayah Cury.
“Maafkan aku Mentor, dulu aku pernah mencurigaimu dan menganggap kamu hiu yang jahat,” ujar Cute.
“Tidak apa-apa, semua hiu kolam akan berpikir begitu jika belum mengenalku. Aku senang kalian bisa mandiri, aku senang kalian bisa menjadi seperti sekarang. Kini, tugas kalian adalah membimbing hiu-hiu muda untuk bisa berinovasi, bisa berkreasi dan bisa menyelamatkan diri dari bahaya. Sebab, selama kalian berada di lautan luas, bahaya bisa datang dengan tiba-tiba. Jadi ingatlah, kalian harus selalu awas dan waspada!” ujar Hiu Mentor bijak.
Ayah dan ibu Cury memandang Cury dengan bangga. Lalu dengan sangat mengejutkan mereka berkata, ”Nak, Ayah minta maaf karena dulu kami sering menyebut engkau Trouble Maker, si Pencipta Gara-Gara. Ternyata, kenakalan kamu berasal dari rasa ingin tahu yang besar, kreativitas dan karakter kegigihan yang kamu miliki. Sekali lagi, maafkan kami karena tidak menyadari itu semua...”
Cury tidak sanggup berkata-kata, dengan ekornya ia mengusap tubuh ayah dan ibunya sebagai ungkapan rasa terimakasih, dan cinta kasihnya yang tak bersyarat yang diberikan oleh mereka.
Kemudian, ayah Cury menuju sebuah dinding karang yang cukup rata, ia mengajak rombongan hiu kesana, ”Mari kita membuat sebuah prasasti untuk mengingatkan hiu-hiu generasi yang akan datang tentang pengalaman kita di Pulau Dua Ribu.” Ajaknya. Lalu ia meminta Cury untuk menuliskan dengan giginya yg memang tajam itu dengan kalimat seperti ini :
Hidup ini menjadi jauh lebih indah ketika kita memiliki kecakapan untuk hidup sebagai hiu lautan. Belajarlah menjadi Hiu Lautan apapun nanti pilihan hidupmu...”
Semua hiu lautan bersorak dan menyambut dan menyetujui kalimat-kalimat yang terpampang besar itu. Kelak, kalimat itu akan menjadi peringatan sekaligus kenangan untuk generasi hiu yang akan datang.
Laut dalam keadaan tenang. Segerombolan hiu yang bersatu menjadi hiu lautan ini berenang beriringan menjelajahi lautan luas. Cury menjadi pemimpin perjalanan, di sisinya ada Hiu Mentor, dan Cute, mereka berenang dan terus berenang mencari pengalaman baru di samudra luas. Kisah petualangan mereka akan terus dikenang anak cucu mereka. Terutama kisah Cury yang penuh kejutan. Tamat